Minggu, 18 November 2012

SOAL PG

11.     Komunikasi yang tidak mendapatkan respons dari pihak penerima informasi (komunikan) adalah..
a.       Komunikasi diagonal kebawah
b.      Komunikasi diagonal keatas
c.       Komunikasi horizontal
d.      Komunikasi satu arah
e.      Komunikasi dua arah


22,       Komunikasi satu arah berlangsung secara, kecuali…
a.       Top-down
b.      Cepat
c.       Efisien
d.      Tiidak memberikan kepuasan bagi komunikan
e.      Memberikan kepuasan bagi komunikan


33.     Komunikasi yang terjadi antara para anggota organisasi, yang secara tegas di atur dan telah di tentukan    dalam struktur organisasi adalah..
a.       Komunikasi formal
b.      Komunikasi banyak lawan Satu
c.       Komunikasi satu lawan satu
d.      Komunikasi horizontal
e.      Komunikasi satu arah

SOAL ESSAY


11. Apa yang di maksud dengan Komunikasi Diagonal Kebawah?
Komunikasi diagonal ke bawah adalah komunikasi yang berlangsung dari seorang pimpinan dengan pejabat    atau pimpinan yang lebih rendah


22. Apa yang di maksud dengan Komunikasi Horisontal?
Komunikasi horizontal adalah komunikasi antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu organisasi


33. Apa yang di maksud dengan Komunikasi Satu Lawan Satu?
Komunikasi satu lawan satu adalah komunikasi antar-pribadi. Komunikasi ini dapat terjadi antara seorang pimpinan dengan bawahan, antara seorang pimpinan dengan seorang pimpinan yang setingkat

Minggu, 04 November 2012

klasifikasi dan media komunikasi dalam organisasi 3


bawahan. Media yang dipergunakan bisa media lisan misalnya dengan tatap muka, melalui telepon atau interphone, dan dapat pula melalui media tertulis, misalnya memo/nota dalam, surat dinas, dan sebagainya.

·         KOMUNIKASI SATU LAWAN BANYAK
Komunikasi satu lawan banyak adalah komunikasi antara seseorang dengan beberapa orang dalam suatu kelompok. Komunikasi ini dapat ber­langsung antara seorang pimpinan dengan para bawahan pada saat pimpinan memberi penjelasan tentang kebijaksanaan yang akan ditempuh organisasi, dan antara seorang bawahan yang sedang diinterview tentang peristiwa yang sedang terjadi.
·         KOMUNIKASI BANYAK LAWAN SATU
Komunikasi banyak lawan satu atau kelompok lawan satu adalah komunikasi antara kelompok dengan seseorang. Komunikasi ini dapat terjadi antara semua anggota organisasi dengan pimpinan organisasi, atau antara beberapa orang pimpinan dengan pimpinan organisasi dan antara beberapa orang bawahan dengan pimpinannya.
Media komunikasi yang dipergunakan, misalnya: interview, rapat dinas, rapat pimpinan, rapat kerja, ceramah, pidato dan sebagainya.
·         KOMUNIKASI KELOMPOK LAWAN KELOMPOK
Komunikasi kelompok lawan kelompok adalah komunikasi antara sekelompok pegawai/karyawan dengan kelompok pegawai/karyawan yang lain. Misalnya, Sekelompok pimpinan dengan sekelompok bawahan, sekelompok bawahan dengan sekelompok pimpinan, dan lain-lain.
Saluran media komunikasi yang dipergunakan bisa dalam bentuk rapat, lokakarya dan sebagainya.
·         KOMUNIKASI FORMAL
Komunikasi formal adalah komunikasi yang terjadi di antara para anggota organisasi, yang secara tegas diatur dan telah ditentukan dalam struktur organisasi. Komunikasi formal berhubungan erat dengan proses penyelenggaraan kerja dan bersumber dari perintah-perintah resmi, sehingga komunikasi formal mempunyai sanksi resmi.

klasifikasi dan media komunikasi dalam organisasi 2


·         KOMUNIKASI SATU ARAH
Komunikasi satu arah atau one way communication adalah komunikasi yang tidak mendapat respon dari pihak penerima informasi (komunikan). Komunikan sengaja tidak memberi tanggapan karena sesuatu hal, atau komu­nikator memang sengaja tidak memberi kesempatan kepada komunikan untuk memberi reaksi. Apabila komunikasi ini terjadi antara pimpinan dengan bawahan maka komunikasi dari pimpinan itu lebih bersifat komando atau perintah, sehingga bawahan hanya berperan sebagai pelaksana perintah saja.
Komunikasi satu arah ini berlangsung top-down, cepat dan efisien, tetapi tidak memberi kepuasan bagi komunikan. Komunikasi satu arah me­nimbulkan kesan pimpinan yang otoriter. Komunikasi satu arah juga sering menimbulkan berbagai ketegangan atau pertentangan karena adanya kesalah­pahaman dan ketidakjelasan.
·         KOMUNIKASI DUA ARAH
Komunikasi dua arah atau two-way communication adalah komunikasi yang berlangsung secara timbal-balik. Komunikator mendapat respon, umpan balik atau feed back dari pihak komunikan sehingga muncul saling pengertian antara kedua belah pihak. Komunikasi dua arah berlangsung secara lamban sehingga tidak efisien, dan keputusan tidak dapat diambil dengan cepat. Akan tetapi komunikasi dua arah dapat menghindari terjadinya kesalahpaman yang sehingga dapat menimbulkan situasi kerja yang akrab, penuh kekeluargaan dan demokratis.
Media yang dipergunakan baik untuk komunikasi satu arah maupun dua arah adalah dengan memo/nota dalam, telepon, interpon, surat tugas, perintah atau intruksi, baik secara lisan maupun secara tertulis.
·         KOMUNIKASI SATU LAWAN SATU
Komunikasi satu lawan satu adalah komunikasi antar-pribadi. Komuni­kasi ini dapat terjadi antara seorang pimpinan dengan bawahan, antara se­orang pimpinan dengan seorang pimpinan yang setingkat, antara seorang bawahan dengan seorang 

klasifikasi dan media komunikasi dalam organisasi 1


·         KOMUNIKASI DIAGONAL KE BAWAH
Komunikasi diagonal ke bawah adalah komunikasi yang berlangsung dari seorang pimpinan dengan pejabat atau pimpinan yang lebih rendah. Antara atasan dan bawahan tidak ada hubungan hirarki tetapi hanya merupakan hubungan kerja. Dilihat dari segi ketatalembagaan, komunikasi diagonal ke bawah adalah komunikasi yang berlangsung dan satuan organisasi yang lebih tinggi dengan satuan orga­nisasi yang lebih rendah.
·         KOMUNIKASI DIAGONAL KE ATAS.
Atas dasar pengertian komunikasi diagonal ke atas dan komunikasi diagonal ke bawah seperti telah diuraikan di atas, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi diagonal (ke atas maupun ke bawah) adalah komunikasi antara pejabat-pejabat atau unit-unit yang berbeda tingkatan (level) dan wewenangnya baik yang secara fungsional ada hubungannya maupun secara fungsional tidak ada hubungannya.
·         KOMUNIKASI HORISONTAL
Komunikasi horisontal adalah komu­nikasi antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu organisasi. Misalnya komunikasi antara Kepala Biro dengan Kepala Biro, Kepala Bagian dengan Kepala Bagian, Kepala Seksi dengan Kepala Seksi.
Dari segi ketatalembagaan, komunikasi horisontal adalah komunikasi antar satuan organisasi yang setingkat dalam suatu organisasi. Misalnya Biro Hukum dengan Biro Kepegawaian, Bagian Keuangan dengan Bagian Pengadaan, Seksi Pol Kendaraan dengan Seksi Keamanan.

Sabtu, 03 November 2012

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


  •  KOMUNIKASI DIAGONAL KE BAWAH

Komunikasi diagonal ke bawah adalah komunikasi yang berlangsung dari seorang pimpinan dengan pejabat atau pimpinan yang lebih rendah. Antara atasan dan bawahan tidak ada hubungan hirarki tetapi hanya merupakan hubungan kerja. Dilihat dari segi ketatalembagaan, komunikasi diagonal ke bawah adalah komunikasi yang berlangsung dan satuan organisasi yang lebih tinggi dengan satuan orga­nisasi yang lebih rendah.
·         KOMUNIKASI DIAGONAL KE ATAS.
Atas dasar pengertian komunikasi diagonal ke atas dan komunikasi diagonal ke bawah seperti telah diuraikan di atas, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi diagonal (ke atas maupun ke bawah) adalah komunikasi antara pejabat-pejabat atau unit-unit yang berbeda tingkatan (level) dan wewenangnya baik yang secara fungsional ada hubungannya maupun secara fungsional tidak ada hubungannya.
·         KOMUNIKASI HORISONTAL
Komunikasi horisontal adalah komu­nikasi antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu organisasi. Misalnya komunikasi antara Kepala Biro dengan Kepala Biro, Kepala Bagian dengan Kepala Bagian, Kepala Seksi dengan Kepala Seksi.
Dari segi ketatalembagaan, komunikasi horisontal adalah komunikasi antar satuan organisasi yang setingkat dalam suatu organisasi. Misalnya Biro Hukum dengan Biro Kepegawaian, Bagian Keuangan dengan Bagian Pengadaan, Seksi Pol Kendaraan dengan Seksi Keamanan.
·         KOMUNIKASI SATU ARAH
Komunikasi satu arah atau one way communication adalah komunikasi yang tidak mendapat respon dari pihak penerima informasi (komunikan). Komunikan sengaja tidak memberi tanggapan karena sesuatu hal, atau komu­nikator memang sengaja tidak memberi kesempatan kepada komunikan untuk memberi reaksi. Apabila komunikasi ini terjadi antara pimpinan dengan bawahan maka komunikasi dari pimpinan itu lebih bersifat komando atau perintah, sehingga bawahan hanya berperan sebagai pelaksana perintah saja.
Komunikasi satu arah ini berlangsung top-down, cepat dan efisien, tetapi tidak memberi kepuasan bagi komunikan. Komunikasi satu arah me­nimbulkan kesan pimpinan yang otoriter. Komunikasi satu arah juga sering menimbulkan berbagai ketegangan atau pertentangan karena adanya kesalah­pahaman dan ketidakjelasan.
·         KOMUNIKASI DUA ARAH
Komunikasi dua arah atau two-way communication adalah komunikasi yang berlangsung secara timbal-balik. Komunikator mendapat respon, umpan balik atau feed back dari pihak komunikan sehingga muncul saling pengertian antara kedua belah pihak. Komunikasi dua arah berlangsung secara lamban sehingga tidak efisien, dan keputusan tidak dapat diambil dengan cepat. Akan tetapi komunikasi dua arah dapat menghindari terjadinya kesalahpaman yang sehingga dapat menimbulkan situasi kerja yang akrab, penuh kekeluargaan dan demokratis.
Media yang dipergunakan baik untuk komunikasi satu arah maupun dua arah adalah dengan memo/nota dalam, telepon, interpon, surat tugas, perintah atau intruksi, baik secara lisan maupun secara tertulis.
·         KOMUNIKASI SATU LAWAN SATU
Komunikasi satu lawan satu adalah komunikasi antar-pribadi. Komuni­kasi ini dapat terjadi antara seorang pimpinan dengan bawahan, antara se­orang pimpinan dengan seorang pimpinan yang setingkat, antara seorang bawahan dengan seorang bawahan. Media yang dipergunakan bisa media lisan misalnya dengan tatap muka, melalui telepon atau interphone, dan dapat pula melalui media tertulis, misalnya memo/nota dalam, surat dinas, dan sebagainya.
·         KOMUNIKASI SATU LAWAN BANYAK
Komunikasi satu lawan banyak adalah komunikasi antara seseorang dengan beberapa orang dalam suatu kelompok. Komunikasi ini dapat ber­langsung antara seorang pimpinan dengan para bawahan pada saat pimpinan memberi penjelasan tentang kebijaksanaan yang akan ditempuh organisasi, dan antara seorang bawahan yang sedang diinterview tentang peristiwa yang sedang terjadi.
·         KOMUNIKASI BANYAK LAWAN SATU
Komunikasi banyak lawan satu atau kelompok lawan satu adalah komunikasi antara kelompok dengan seseorang. Komunikasi ini dapat terjadi antara semua anggota organisasi dengan pimpinan organisasi, atau antara beberapa orang pimpinan dengan pimpinan organisasi dan antara beberapa orang bawahan dengan pimpinannya.
Media komunikasi yang dipergunakan, misalnya: interview, rapat dinas, rapat pimpinan, rapat kerja, ceramah, pidato dan sebagainya.
·         KOMUNIKASI KELOMPOK LAWAN KELOMPOK
Komunikasi kelompok lawan kelompok adalah komunikasi antara sekelompok pegawai/karyawan dengan kelompok pegawai/karyawan yang lain. Misalnya, Sekelompok pimpinan dengan sekelompok bawahan, sekelompok bawahan dengan sekelompok pimpinan, dan lain-lain.
Saluran media komunikasi yang dipergunakan bisa dalam bentuk rapat, lokakarya dan sebagainya.
·         KOMUNIKASI FORMAL
Komunikasi formal adalah komunikasi yang terjadi di antara para anggota organisasi, yang secara tegas diatur dan telah ditentukan dalam struktur organisasi. Komunikasi formal berhubungan erat dengan proses penyelenggaraan kerja dan bersumber dari perintah-perintah resmi, sehingga komunikasi formal mempunyai sanksi resmi.

Sabtu, 12 Mei 2012

DIMANA MUSHOLLA NYA??


Saat ini arloji ku menunjukkan pukul 18.30 WIB, aku sedang berada di salah satu mall besar di Jakarta. Aku kebingungan ketika aku harus mencari musholla untuk shalat. Akhirnya aku bertanya pada salah satu OB di mall tersebut dimana letak musholla, sempet  bingung juga sih ketika OB tersebut menunjukkan letak musholla itu, karena yang terlihat saat itu bukan papan bertuliskan MUSHOLLA melainkan TOILET. Sebenernya ini yang salah mata ku atau mata OB nya yah? TOILET ko di bilang MUSHOLLA??? Ah karena saat itu aku sedang terburu-buru untuk shalat aku pun mengikuti petunjuk OB tersebut, dan betapa kaget nya aku ketika aku menemukan musholla yang di maksud oleh OB tersebut. Dan tau ga sih?betapa mirisnya ketika aku tau ternyata TOILET 3X lebih besar dan luas daripada MUSHOLLA. Ya ampuun, bisa begitu yah?? Dan bahkan menurut ku tempat itu tidak layak di sebut sebagai musholla, selain tempatnya yang kecil posisinya yang berada di samping toilet yang notabennya adalah tempat kotor itu pun membuat tempat yang disebut “MUSHOLLA” itu tidak layak di sebut musholla.
Entah mengapa tiba-tiba saja telintas banyak pertanyaan dalam otak ku. Sebenernya para pengelola mall tersebut memikirkan masalah ini ga sih? Masa iya mall sebesar itu tidak bisa menyediakan tempat untuk musholla yang layak? Apa mereka tidak memikirkan bagaimana sulitnya orang-orang yang sedang belanja di mall tersebut untuk melakukan kewajiaban mereka? Apa memang para pengelola mall tidak pernah berfikir untuk membuat musholla di mall tersebut? Sungguh mengharukan yah melihat kenyataan ini. Kira-kira apa pendapat kalian tentang ini??? Apa kalian memiliki pendapat yang sama dengan aku?? Lalu kira-kira bagaimana penyelesaiannya?
Memang tidak semua mall besar di kota besar memiliki musholla yang tidak “layak”, saat ini sudah banyak juga mall-mall besar yang memiliki fasilitas musholla yang lebih baik. Tetapi alangkah lebih baik dari sekian banyak lantai yang ada di mall sediakan tempat khusus untuk musholla, jangan di samping toilet lah agar telihat lebih indah, rapih, bersih dan suci. Dan juga agar lebih khusuk melaksanakan shalat nya. Kan kalo ada mall yang seperti itu akan lebih enak. Belanja menyenangkan dan kewajiban pun tetap dapat di jalankan dengan khusuk dan nyaman. Oh alangkah indahnya…. :D

Minggu, 22 April 2012

Budaya Kejujuran


Begitu pentingnya kejujuran dan kebenaran dalam bisnis dan pengelolaan berbagai kegiatan, menyebabkan hampir semua organisasi dan lembaga meletakkan integritas, kejujuran, serta “professional honesty” sebagai faktor paling utama dalam nilai, budaya organisasi dan kompetensi. Meskipun semua menyadari pentingnya hal ini ditegakkan, namun realitanya kita menyaksikan betapa kejujuran dan kebenaran begitu rawan dibelokkan dan dilanggar. Padahal, dengan kompleksnya dunia kita sekarang, kita semakin menuntut integritas individu yang kokoh tidak tergoyahkan. Kita tentu bertanya-tanya, apakah nilai integritas cukup dengan cara dicekoki melalui sesi sosialisasi dan internalisasi budaya bagi seluruh karyawan? Apa yang salah dengan kebenaran di sekitar kita?
Kita lihat berita seorang tahanan yang bebas keluar-masuk rutan dalam masa tahanannya, menjadi pembahasan panjang, dikomentari dan menjadi headline berita. Ya, kebenaran memang dilanggar, nurani kita pun terusik. Padahal, kita juga sadar bahwa ini bukan kejadian luar biasa yang baru terjadi. Siapa yang tidak pernah mendengar kabar angin ada ‘helipad’ di penjara yang kebetulan dihuni oleh salah satu orang terkaya di Indonesia? Siapa yang tidak tahu bahwa banyak tahanan berkeliaran dan bisa pulang dengan alasan sakit ke rumah? Memberi dan menerima insentif atau suap, bukankah juga begitu sering kita temui? Disadari atau tidak, pemakaian fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, korupsi waktu, juga kerap kita lakukan tanpa merasa bersalah, bukan? Jika kita sekarang ramai membicarakan cara memusnahkan jaringan ‘servis’ yang ada di penjara atau mematikan korupsi atau tindakan kebohongan yang beredar di setiap sudut di lingkungan kita, tentu kita pun perlu serius memikirkan kebenaran dalam tiap langkah dan perbuatan dalam diri kita dan sekitar kita juga.
Pada awal abad yang lalu penulis Oscar Wilde, menyatakan: ”The truth is rarely pure and never simple”. Dengan semakin canggihnya praktis bisnis, kita rasakan kebenaran pun memang semakin samar. Bukan tindakan korupsi yang sudah jelas-jelas salah, tetapi juga janji yang tidak ditepati, kebenaran yang ditutup-tutupi, jalan pintas, pinjaman bank dengan agunan yang tidak sama nilainya, bahkan ketidaksanggupan membayar hutang sering dipindahkan tanggung jawabnya keluar individu. “Siapa suruh banknya memberi bunga yang mencekik” demikian seorang debitur yang tidak sanggup membayar cicilan”. Hal yang mencengangkan adalah kebenaran yang sudah dikuakkan, disaksikan semua orang, bisa-bisanya diputarbalikkan, atau bahkan dilupakan secara berjamaah.
Kita bisa merasakan betapa jeritan untuk menegakkan kejujuran seolah-olah tindakan menggapai pelangi. Teman saya yang terkenal berintegritas masih mengatakan:”Yah, kalau seorang pejabat mengeluarkan begitu banyak uang untuk memperoleh jabatannya, kemudian melakukan tindak korupsi untuk membayarnya kembali, itu masuk akal…”. Kita lihat bahkan kejujuran atau kebenaran bisa begitu ‘mudah’-nya dibicarakan seakan bisa di “gunting-copot” dari pribadi kita, tergantung situasinya. Seolah-olah, secara personal mungkin seseorang bisa sangat-sangat jujur, tetapi untuk kepentingan politik, kejujuran terpaksa dibelokkan.
“Ah,teori….”Komentar ini terdengar di sebuah ruang tunggu sopir di sebuah gedung, ketika wacana mengenai pembubaran rutan yang berjaringan korupsi, penegakan disiplin, dan hukuman bagi koruptor dibicarakan. Bicara memang mudah, namun implementasi adalah tantangan yang sesunnguhnya. Kita tidak bisa menilai sebuah perusahaan, lembaga atau negara dari pernyataan, slogan dan “company profile”-nya saja. Budaya yang sebenarnya selalu ‘unspoken’, hanya bisa diobservasi. Realita kejujuran hanya bisa tergambar pada perilaku, terutama perilaku pemimpinnya, bagaimana sistem dijalankan, serta simbol-simbol yang ada secara konsisten.
Perusahaan yang mengutamakan efisiensi, pasti tidak akan sembarangan dalam menandatangani cek pembayaran dan akan melakukan negosiasi habis-habisan. Perusahaan yang mengumandangkan servis, tidak mungkin memperlakukan pelanggan atau komplen pelanggan secara asal-asalan. Pemilik perusahaan IKEA, Ingvar Kamprad, sangat menjunjung tinggi filosofi perusahaannya yang ekonomis, sederhana dan fungsionalnya. Meski terkenal kaya raya, ia membuktikan filosifinya dalam kebiasaan antri kalau ada ‘sale’, bepergian dengan kelas ekonomi, dan menjalankan hidup secukupnya secara konsisten. Di sini kita belajar untuk senantiasa mengevaluasi, seberapa jauh kita “menghidupkan” nilai-nilai kebenaran dalam tindakan sehari-hari? Apakah kebenaran baru sebatas slogan dan hiasan bibir saja, atau benar-benar sudah bisa terasa, terbaca, terlihat secara nyata oleh orang lain?
Tanpa kita sadari, pelajaran kebohongan bisa dimulai sejak kecil. “Bilang saja ayah sedang tidak di rumah….” Demikian perintah seorang ayah yang menolak berbicara di telpon. Bisa juga tindakan jujur seorang anak, tidak sempat di ‘reward’ oleh orang tua ataupun gurunya. Misalnya saja, bila seorang anak mengembalikan barang yang sangat menarik, milik temannya, disaksikan oleh gurunya, ia tidak mendapat pujian yang layak, sehingga kita melewatkan momentum pelajaran kejujuran yang berharga.
Bila saja mulai dari lingkungan kecil, kita dibiasakan dan diberikan contoh kongkrit agar semua orang ‘berkata jujur’, apapun konsekuensinya, kita sudah memulai gerakan kejujuran dengan baik. Apalagi bila kita “menjual” konsep bahwa dengan berkata jujur kita tidak membuat masalah semakin “ribet”. Larry Johnson dalam bukunya ‘Honesty pays”, mengatakan “Do your homework first, open the debate, open your ears, open your mouth and open your mind”. Kita memang perlu membiasakan diri untuk bersikap terbuka untuk menyatakan ketidaksetujuan, protes atau perbedaan pendapatnya. Dengan demikian, kita bisa mengikis sikap defensif dan pembiaran yang bisa membunuh semangat untuk menegakkan kejujuran. Pembuktian terhadap menangnya kejujuran adalah penyelesaian masalah yang jelas dan terbuka, sehingga setiap orang mempunyai spirit dan tetap bisa membuktikan pada dirinya sendiri bahwa sikap jujur lebih baik daripada tidak.
Kesimpulan dan Pendapat :
Menurut saya ketika kejujuran sudah tidak ada lagi dalam diri manusia maka seluruhnya akan hancur dan kacau. Kita ambil satu contoh kecil yang menurut saya nantinya akan berakibat fatal di kemudian hari. Seorang anak meminta uang kepada orangtuanya dengan alas an untuk membayar iuran disekolah yang padahal pada kenyataannya tidak ada uang iuran tersebut, sekali si anak terbiasa maka selanjutnya anak akan melakukan ketidakjujuran dalam skala yang lebih besar. Jadi benar apabila ada pepatah mengatakan tanamkan kejujuran sejak dini, Karena apabila sejak dini kini sudah menanamkan kejujuran maka kedepannya tidak akan adalagi koruptor-koruptor yang berkeliaran di negri ini.

Kamis, 19 April 2012

Dua Puluh Ribu VS Jakarta


          Pagi hari ini dibawah senyum sang mentari, tak seperti biasanya kelas XI IPA 3 sepi seperti tak berpenghuni. Ternyata mereka sedang diselimuti ketegangan, mereka sedang menunggu hasil jerih payah mereka belajar selama satu tahun dikelas XI IPA 3. Terdengar satu per satu nama dipanggil untuk menerima hasil rapot mereka. Kini suasana menegangkan perlahan pudar, berganti dengan senyuman manis yang terukir dibibir mereka, tetapi tidak dengan Dini, wajah manisnya masih saja diselimuti ketegangan. Tidak lama kemudian terdengar suara meyebut namanya. Dengan diiringi debaran jantung yang semakin kencang, Dini pun bergegas menghampiri meja guru dan mengambil rapotnya. Kini ukiran senyuman manis terpancar dan menghiasi wajahnya.
            Akhirnya saat-saat menegangkan itu pun telah berakhir. Dini bersama sahabatnya pun terlihat sangat ceria, wajah mereka tak henti-hentinya memancarkan senyuman bahagia.
“Woy!woy! gimana kalo kita rayain keberhasilan kita tahun ini dengan jalan-jalan?” ajak Dini kepada sahabat-sahabatnya
“Wah, iide bagus tuh. Tapi kita mau kemana?” jawab Nuke semangat
 “Gimana kalo kita ke Kota Tua aja?!” ajak Vania kepada sahabatnya
“Wah ok tuh, gimana yang lain? Pada seuju gak?” tanya Dini semangat
“Ok” jawab sahabat-sahabatnya serempak                                         
“Sip, berarti besok kita ke Kota Tua ya! Besok kita kumpul di stasiun Karawang jam setengah tujuh. Inget, jangan pada ngaret ya!” ucap Dini tegas
Sahabatnya pun mengangguk setuju
Jarum jam tak henti-hentinya berutar, kini arloji mungil yang dibalut warna biru milik Nuke itu meunjukkan pukul 15.00. mereka pun beranjak meninggalkan kelas dan kembali kerumah mereka masing-masing.
                                                   *** *** ***
“Aduh kemana sih si mega? Lama banget” gerutu Dini
“Udah loe sms belum?” balas Choe          
“Udah.. tapi gak dibales, kemana sih tu anak?” jawab Dini dengan nada kesal
“Mending kita masuk duluan, daripada nanti ketinggalan kereta!” ajak Regina
“Iya udah hayu kita masuk duluan aja deh” jawab Dinii setuju
Mereka pun beranjak meninggalkan tempat itu menuju kedalam stasiun. Tetapi, belum jauh mereka melangkahkan kaki mereka, terdngar suara memanggil nama mereka dan mereka pun menghentikan langkah kaki mereka.
“Hey, sory ya gua telat. Udah lama ya nunggunya? Sory banget ya!” dengan nafas  yang masih terengah-engah karena lelah berlari, Mega pun meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya
“Iya iya gak apa-apa, yag penting kan sekarang loe udah datang. Udah yu ah cepetan masuk! Ntar ketinggalan kereta lagi” jawab Dini
            Kini mereka pun telah berkumpul. Tanpa berfikir panjang, mereka pun bergegas masuk kedalam stasiun, lalu membeli tiket kereta ekonomi jurusan Jakarta. Tak pelu meunggu lama, akhirnya mereka pun mendapatkan tiketnya dan kereta yang dituju pun tiba.
            Ditengah sesaknya gerbong kereta ekonomi itu, mereka pun beusaha mencari tempat duduk. Ketika mereka sedang sibuk mencari tempat duduk, tiba-tiba saja terdengar suara dengan nada menggoda tertuju pada mereka.
“Neng, neng, duduk disini aja!” dengan tingkah genit dan lambaian tangan si Bapak
Tanpa memperdulikan godaan si Bapak, mereka pun bergegas pergi menuju tempat duduk yang sejak tadi mereka cari. Didalam gerbong yang penuh sesak itu, mereka tetap tidak kehilangan keceriaan mereka, ukiran demi ukiran senyuman indah selalu menghiasi wajah mereka.
            Tak terasa mereka pun sampai distasiun Beos Jakarta. Saat ini jarum jam diarloji milik Nuke menunjukkan pukul 08.30. keluar dari stasiun mereka meyebrangi jalan menuju tempat tujuan mereka Kota Tua. Terlihat gedung-gedung pencakar langit berjajaran menghiasi tubuh sang ibu kota. Sebelum masuk ke Kota Tua, mereka pun berkeliling-liling disekitar Kota Tua untuk mencari penjual makanan. Perut mereka yang sejak tadi sudah berdemo karna belum terisi makanan, kini sudah tidak bisa berkompromi lagi.
“Wah ada tukang ketoprak tuh, makan yu! Laper nih gua” ajak Dini loyo
 “Ayo ah, gua juga udah laper nih” balas Choe bersemangat
Tanpa berfikir panjang mereka pun langsung memburu penjual ketoprak tersebut.
            Tanpa membuang waktu, selesai makan mereka pun langsung masuk kedalam Kota Tua. Mereka pun menikmati semua yang ada di Kota Tua.
“Wah ada ontel tuh, kita naik ontel yu!” ajak Resal semangat
“Ayo ayo, seru deh kayaknya” jawab Regina menyetujui
Resal, Regina, Choe, Dini, Mega, Vania, dan Nuke pun langsung menyerbu sepeda ontel itu. Mereka berkeliling Kota Tua dengan ontel, cukup lama mereka berkeliling dan saat ini terik sang mentari mulai membakar kulit mereka. Mereka pun menghentikan kayuhan mereka dan berteduh didalam gedung sambil melihat benda-benda bersejarah didalam museum. Kini lelah mulai mendera, mereka pun mencari tempat untuk sejenak melemaskan otot-otot kaki mereka yang mulai kaku. Mereka menemukan tempat untuk istirahat.
“Eh abis ini kita mau kemana lagi nih?” tanya Vania yang tiba-tiba membuat mereka terhenyak
“Kita ke Blok M yuk!” jawab Choe
“Tapi… bentar-bentar” ucap Dini sambil merogoh kantong celananya
“Duit gua tinggal sepuluh ribu nih. Gimana dong?” sambung Dini 
“Iya sama duit gua juga tinggal sepuluh ribu. Udah ah mendingan langsung pulang aja yuk!” ajak Mega
“Udah udah, loe semua tenang aja, sepuluh ribu cukup kok, dari sini ke Blok M nya kita naik busway aja, kan murah tuh. Udah yuk kita berangkat!” jelas Resal semangat
“Ih.. tapi kalo gak cukup gimana?” ucap Dini
“Aduh Dini, kebanyakan mikir banget deh loe. Udah ayo cepetan berangkat, ntar keburu sore” tegas Nuke
            Dengan nekatnya mereka pun langsung bergerak menuju halte busway. Mereka pun membeli tiket busway jurusan Blok M. Cukup lama mereka menunggu, akhirnya busway yang ditunggu pun datang. Mereka langsung menyerbu masuk kedalam busway. Tak seperti dikereta tadi, tanpa harus berdesakan dengan penumpang lainnya mereka langsung masuk kedalam busway dan tanpa harus mecari, mereka pun langsung mendapatkan kursi.
“Ih ntar kalo duit gua ga cukup gimana? Ntar gua ga bisa pulang” ucap Dini dengan wajah cemas
“Ya elah, loe masih mikirin soal itu? Tenang aja lagi! Loe gak bakal terlatar kok di Jakarta. Lagian loe bawa duit berapa sih?” jelas Regina berusaha menenagkan Dini
“Hahahahaha… gua cuma bawa duit dua puluh ribu” balas Dini dengan tawanya yang terbahak-bahak
“Hah?! Dua puluh ribu? Parah banget loe Din” ucap Regina dengan mata yang terbelalak
“Hahahaha… iya abis gua ga punya duit lagi, daripada gak jadi ya udah gua nekat aja bawa duit segitu” jawab Dini
Percakapan mereka pun terus berlanjut hingga akhirnya sampailah mereka di halte busway Blok M. haya dengan melangkahkan kaki sebentar saja, mereka sudah bisa sampai di pusat prbelanjaan Blok M. dengan cerianya mereka pun masuk kedalam mol besar itu. Sementara Resal, Regina, Choe, Vania, da Nuke sibuk memilih-milih baju, Mega dan Dini hanya sibuk berkeliling mol besar itu. Kini lapar mulai kembali mendera mereka. Mereka langsung menuju tempat makan didaerah sekirat Blok M. sementara yang lain memesan makanan, Dini dan Mega hanya bisa gigit jari, karna uang mereka hanya cukup untuk ongkos pulang.
“Mega Dini, loe berdua pada gak mesen makanan?” tanya Resal heran
Mega dan Dini tidak menjawab, mereka hanya tertunduk lesu.
“Udah cepet pesen makanan sana? Tenang aja, semua gua yang bayarin” lanjut Resal
“Bener  ya loe semua yang bayarin?”tanya Dini semangat  
“Iya bener, kapan sih gua bohong?” uca Resal meyakinkan
“Asikk…” teriak mereka kompak
Tanpa menunda lagi Mega dan Dini pun langsung memesan makanan. Tidak perlu menunggu lama, makanan yang mereka pesan pun telah dihidangkan dan mereka pun segera menyantapnya.
            Kini perut kosong mereka telah terisi makanan dan wajah lesu mereka pun telah berubah mejadi wajah ceria. Sesaat kebingungan meyelimuti wajah mereka semua. Tetapi, setelah makan mereka pun memutuskan untuk segera pulang. Mereka memutuskan untuk naik bus karna khawatir kereta ke Karawang sudah tidak ada. Menunggu sangat lama bus jurusan Karawang, membuat mereka takut tidak bisa pulang, tetapi akhirnya mereka pun mendapatkan bus yang mereka cari.
“Hah.. akhirnya dapet juga busnya. Capek banget nunggunya” celoteh Dini
Karna sangat lelah, tanpa sadar dini mengangkat kakinya keatas kursi dan memejamkan matanya berusaha untuk tidur. Baru saja sesaat memejamkan mata, tiba-tiba Dini terusik oleh suara sang musisi jalanan. Saat sang musisi jalanan itu menghampiri para penumpang dari satu bangku ke bangku yang lain dan akhirnya tibalah musisi jalanan itu dikursi yang Dini tempati. Musisi jalanan itu menjulurkan tangannya berharap Dini mengeluarkan selembar uang untuknya. Tetapi, karna sangat lelah Dini tidak menghiraukan musisi jalanan itu, Dini hanya menoleh sesaat dan kembali memejamkan matanya.
“Kalo bukan cewe udah gua abisin loe!” gertak sang musisi jalan dengan tubuh bertatonya
Dini tak mejawab, dia hanya terdiam takut. Tiba-tiba saja seorang ibu berbicara pada Dini
“Udah neng jangan diladenin, nanti neng diapa-apain” ucap si Ibu tersebut
Sejak kejadian itu rasa kantuk yang menyelimuti Dini berubah menjadi rasa takut. Kini langit berubah gelap dan bintang-bintang bermunculan. Arloji Nuke kini menunukkan pukul 18.35, saat itu mereka sudah sampai di lampu merah Karang Indah, saat itu juga mereka kembali kerumah mereka masing-masing.