Senin, 21 Oktober 2013

KESIMPULAN

Dari ketiga novel yang telah kami baca, ada beberapa perbedaan yang membedakan novel satu dengan lainnya. Para penulis novel memiliki cara tersendiri dalam penulisan novel mereka masing-masing. Mereka tidak terlalu menekankan unsur-unsur yang seharusnya terdapat pada sebuah novel, karena menurut mereka dengan menulis apa yang ingin mereka tulis saja sudah menjadikan suatu karya yang tidak dimiliki banyak orang dan dapat pula  mengembangkan bakat menulis mereka.
Tidak semua penulis tahu akan unsur-unsur yang seharusnya ada dalam sebuah novel atau buku. Masih ada beberapa penulis yang tidak tahu akan Tata Cara Penulisan Novel yang baik. Dan ada pula beberapa novel yang tidak memiliki catatan kaki, sehingga pembaca pun sulit mengerti akan kata-kata yang terdapat pada novel tersebut. Jarang sekali penulis novel yang menggunakan daftar pustaka pada akhir pembahasannya.
Seharusnya para penulis lebih menekankan unsur-unsur yang seharusnya ada pada sebuah novel, sehingga para pembaca pun akan lebih tahu dan mengerti tentang apa yang mereka curahkan dalam tulisannya. Dan para pembaca tidak merasa kecewa akan karya yang mereka buat.

Sembilan Unsur Dalam Bahasa Indonesia



Dalam mempelajari Bahasa Indonesia tentu saja kita memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik secara lisan dan terutama tulis sebagai sarana pengungkapan gagasan ilmiah. Di dalam Bahasa Indonesia terdapat Sembilan unsur yang perlu untuk diperhatikan yaitu Ragam Bahasa, Ejaan, Diksi, Kalimat, Alinea dan Peengembangannya, Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah, Kerangka Karangan, Kutipan dan Catatan Kaki, Abstrak dan Daftar Pustaka. Namun permasalahannya saat ini adalah apakah dengan kita memahami dan menggunakan ke Sembilan unsur tersebut kita mampu mencapai tujuan mempelajari Bahasa Indonesia tersebut? sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut ada baikya kita memahami terlebih dahulu setiap unsur tersebut.

Ragam Bahasa adalah variasi pemakaian bahasa. Bachman (1990, dalam Angriawan, 2011:1), menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan. Dengan kata lain, ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda yang disebabkan karena berbagai faktor yang terdapat dalam masyarakat, seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, latar belakang budaya dan sebagainya.

Akibat dari berbagai faktor yang disebutkan di atas, maka Bahasa Indonesia pun mempunyai ragam bahasa. Chaer (2006:3) menjadi ragam Bahasa Indonesia menjadi tujuh ragam bahasa yaitu ragam bahasa yang bersifat perseorangan, ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari wilayah tertentu, ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat dari anggota social tertentu, ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan suatu bidang tertentu, ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau situasi resmi, ragam bahasa yang digunakan dalam situasi non formal atau situasi tidak resmi, ragam bahasa yang digunakan secara lisan.

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata,kalimat,dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandarisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fenom dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat Bahasa Departmen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).  Diksi memiliki delapan elemen yaitu fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans. Diksi memiliki fungsi antara lain yaitu :
-        Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis
-        Untuk mencapai target komunikasi yang efektif
-        Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal
-        Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca

Kalimat adalah suatu bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah suatu bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diungkapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), daan tanda seru (!). sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (p). kalau tidak memiliki kedua unsure tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan frasa. Kalimat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

               Paragraf atau alinea adalah kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada kalimat. Alinea merupakan kumpulan kalimat, tetapi bukan kalimat yang sekedar berkumpul, melainkan hubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membuat suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau tema. Paragraph juga disebut karangan singkat. Jenis Alinea dapat pula ditentukan berdasarkan cara kita mengembangkan ide dan alat bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau keruntunan ide. Jenis alinea tersebut adalah :
-        Alinea definisi
-        Alinea contoh
-        Alinea perbandingan
-        Alinea analogi
-        Alinea klimaks atau induktif
-        Alinea anti klimaks atau deduktif
-        Alinea campuran
-        Alinea sebab akibat
-        Alinea proses
-        Alinea deskriptif

Karya ilmiah merupakan tulisan non fiksi. Karya ilmiah dapat berupa skripsi, tesis dan lain-lain. Dalam menulis sebuah karangan tentu ada tahapan-tahapan diantaranya yaitu tahap persiapan, tahap pengembangan, dan tahap revisi. Dalam menulis sebuah karangan pertama-tama kita harus menentukan terlebih dahulu topic yang akan kita bahas, kemudian setelah itu kita kumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan topic yang bisa dilakukan dengan survey lapangan selanjutnya kita menyusun hipotesis, melakukan pengamatan dan mengumpulkan data hasil dari pengamatan kemudian menganalisis data yang telah didapat menarik kesimpulan dari analisa dan kemudian tulis dalam sebuah karangan.

Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topic atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting terutama bagi penulis pemula agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.

Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat seseorang dari seorang pengarang atau seseorang yang sangat terkenal, baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik. Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis dibagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan.

Abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian yang merupakan gagasan utama dari suatu pembahasan yang akan diuraikan. Daftar pustaka adalah halaman yang berisi daftar sumber-sumber referensi yang kita pakai untuk suatu tulisan ataupun karya tulisan. Daftar pustaka biasanya berisi judul buku-buku, artikel-artikel dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan.

Berdasarkan pengertian dan penjelasan yang telah dibahas diatas maka saya menyimpulkan bahwa apabila kita memahami dan menggunakan ke Sembilan unsure dalam Bahasa Indonesia tersebut maka kita akn mencapai tujuan mempelajari Bahasa Indonesia selama ini. Yaitu mampu mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik secara lisan dan terutama tulis sebagai sarana pengungkapan gagasan ilmiah.




Jenis tulisan yang digunakan ; Deskriftif

Sumber :

KANKER SERVIKS BISA SEMBUH TOTAL




Kanker serviks, si silent disease menyerang tanpa gejala. Keganasan virus HPV (Human Papiloma Virus) membuat kanker ini jadi pembunuh wanita (muda) nomor dua. Tragisnya, 65% - 70% wanita yang terdiagnosis ternyata sudah memasuki stadium 2,3 bahkan 4.
Pada tahun 1983 penyebab kanker serviks ditemukan. Diketahui,kanker ini bermula dari kejadian infeksi didalam system reproduksi wanita, akibat “aksi” HPV. Seharusnya temuan ini menjadi kabar gembira, sebab vaksin pencegah virus tersebut akhirnya bisa dibuat. Apalagi Professor Ian Frazer, ilmuan Australia, penemu vaksin kanker serviks bisa sembuh total. Syaratnya, harus ditemukan dan diobati di stadium awal.
Untuk menghambat laju serangan kanker serviks, pencegahan yang efektif melalui deteksi dini adalah hal yang harus dijalani. Sementara, wanita Indonesia sendiri minim kesadaran akan pentingnya memeriksakan diri dengan screening (papsmear) secara rutin. Dari jumlah 80% wanit hanya 5% saj yang melakukannya. Itulah yang menyebabkan penderita kanker serviks di Indonesia semakin meningkat. “Setiap satu jam satu wanita di Indonesia mennggal karena kanker serviks”.
Sama seperti sifat virus yag lainnya, HPV pun menyerang siapa saja dan menyebar kemana saja. Memang, tubuh punya kemampuan alami untuk menaklukkan virus tersebut sehingga tak sampai tumbuh menjadi kanker serviks. Namun sayangnya pada sebagian orang virus itu tetap menetap, lamanya bisa lebih dari 5,7 atau 10 tahun hingga akhirnya terdeteksi. Itulah sebabnya harus dilakukan deteksi dini dengan papsmear setahun sekali. Hanya dengan deteksi dini wanita dapat menolong dirinya sendiri. Penderita kanker serviks tidak hanya terbebani biaya pengobatan yang tinggi, tetapi juga beban rasa malu karena dianggap mengidap penyakit yang “kotor”. Padahal itu hanyalah stigma.
Penyakit tanpa gejala, yang jika sudah menyerang leher rahim diibaratkan seperti kembal kol ini bisa dideteksi dengan cara :
-        Melakukan papsmear atau IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk medeteksi awal , dimana perubahan sel dapat diidentifikasikan di leher rahim
-        Pada umumnya lesi pra kanker tidak menimbulkan gejala
-        Resiko berkembangnya kanker serviks pada wanita yang tidak melakukan screening dengan teratur, 5 kali lebih tinggi dibandingkan yang teratur
-        Deteksi dini penting dilakukan karena dapat membantu mendeteksi perkembangan kanker serviks, tetapi tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV


Penulis : Asteria Elnada
Penerbit : Majalah Wanita Mingguan Femina
Edisi : 21-27 Mei 2011