Kanker serviks, si silent
disease menyerang tanpa gejala. Keganasan virus HPV (Human Papiloma Virus)
membuat kanker ini jadi pembunuh wanita (muda) nomor dua. Tragisnya, 65% - 70%
wanita yang terdiagnosis ternyata sudah memasuki stadium 2,3 bahkan 4.
Pada tahun 1983 penyebab kanker
serviks ditemukan. Diketahui,kanker ini bermula dari kejadian infeksi didalam
system reproduksi wanita, akibat “aksi” HPV. Seharusnya temuan ini menjadi
kabar gembira, sebab vaksin pencegah virus tersebut akhirnya bisa dibuat.
Apalagi Professor Ian Frazer, ilmuan Australia, penemu vaksin kanker serviks
bisa sembuh total. Syaratnya, harus ditemukan dan diobati di stadium awal.
Untuk menghambat laju serangan
kanker serviks, pencegahan yang efektif melalui deteksi dini adalah hal yang
harus dijalani. Sementara, wanita Indonesia sendiri minim kesadaran akan
pentingnya memeriksakan diri dengan screening (papsmear) secara rutin. Dari
jumlah 80% wanit hanya 5% saj yang melakukannya. Itulah yang menyebabkan
penderita kanker serviks di Indonesia semakin meningkat. “Setiap satu jam satu
wanita di Indonesia mennggal karena kanker serviks”.
Sama seperti sifat virus yag
lainnya, HPV pun menyerang siapa saja dan menyebar kemana saja. Memang, tubuh
punya kemampuan alami untuk menaklukkan virus tersebut sehingga tak sampai
tumbuh menjadi kanker serviks. Namun sayangnya pada sebagian orang virus itu
tetap menetap, lamanya bisa lebih dari 5,7 atau 10 tahun hingga akhirnya
terdeteksi. Itulah sebabnya harus dilakukan deteksi dini dengan papsmear
setahun sekali. Hanya dengan deteksi dini wanita dapat menolong dirinya
sendiri. Penderita kanker serviks tidak hanya terbebani biaya pengobatan yang
tinggi, tetapi juga beban rasa malu karena dianggap mengidap penyakit yang “kotor”.
Padahal itu hanyalah stigma.
Penyakit tanpa gejala, yang jika
sudah menyerang leher rahim diibaratkan seperti kembal kol ini bisa dideteksi
dengan cara :
-
Melakukan
papsmear atau IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk medeteksi awal , dimana
perubahan sel dapat diidentifikasikan di leher rahim
-
Pada
umumnya lesi pra kanker tidak menimbulkan gejala
-
Resiko
berkembangnya kanker serviks pada wanita yang tidak melakukan screening dengan
teratur, 5 kali lebih tinggi dibandingkan yang teratur
-
Deteksi
dini penting dilakukan karena dapat membantu mendeteksi perkembangan kanker
serviks, tetapi tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV
Penulis : Asteria Elnada
Penerbit : Majalah Wanita Mingguan Femina
Edisi : 21-27 Mei 2011
mba kalo penderita kanker servik sudah melalui tahap oprasi ..apa benar suatu saat virus yang pernah ada bisa berkembang lagi lewat darah ???
BalasHapusterimakasih banyak untuk pembahasannya ini sangat membantu
BalasHapushttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-kanker-serviks/