Jumat, 10 Januari 2014

GADGET dan ANAK-ANAK


Bahaya Gadget Bagi Anak - Sekarang ini jamannya kemajuan teknologi, kalo orang barat bilangnya teknologi. Gadget canggih udah bukan barang mewah lagi, sampe - sampe anak kecil pun udah pada punya gadget. Parahnya yang ngasi gadget itu orang tua nya sendiri. Haduh saya sampe heran, emang apa sih manfaat gadget buat anak - anak? Yang ada menurut saya malah bahaya. Bahaya nya apa?. Gadget seperti smartphone sama pc tablet itu kan sebenernya dirancang untuk membantu atau mempermudah pekerjaan kan? Tapi kenapa yang pake malah anak - anak yang gak ngerti apa - apa?

Prinsip perkembangan adalah perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process). Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Prinsip yang lain adalah semua aspek perkembangan saling mempengaruhi, baik aspek fisik, emosi, inteligensi maupun sosial. Terdapat hubungan yang positif di antara aspek-aspek tersebut
Tahun pertama, seorang anak harus mengembangkan suatu kepercayaan dasar (basic trust), tahun kedua dia harus mengembangkan otonominya, dan pada tahun berikutnya dia harus belajar inisiatif dan industri yang mengarahkannya ke dalam penemuan identitas dirinya
Pada usia sekitar 2 atau 3 tahun, anak banyak belajar mengenai berbagai macam koordinasi visiomotorik. Aktivitas-aktivitas senso-motorik telah dapat diintegrasi menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Hal ini penting misalnya pada waktu mencontoh sebuah gambar atau sebuah benda. Apa yang dilihat dengan mata harus dapat dipindahkan dengan motoriknya menjadi sebuah pola tertentu. Sekitar tahun ke-4 semua pola lokomotorik yang biasa sudah dapat dikuasainya.

TAHAP PENGENALAN GADGET PADA ANAK BERDASARKAN USIA

Usia 2 s/d 4 tahun
anak-anak yang memulai berinteraksi dengan komputer harus didampingi oleh orangtua atau orang dewasa. Hal tersebut bukan sekedar persoalan keselamatan anak, tetapi juga untuk meyakinkan bahwa anak tersebut bisa mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sekaligus memperkuat ikatan emosional antara sang anak dengan orangtua

Usia 4 s/d 7 tahun
Anak-anak mulai tertarik untuk melakukan eksplorasi sendiri. Dalam usia ini, orangtua harus mempertimbangkan untuk memberikan batasan-batasan situs yang boleh dikunjungi, berdasarkan pengamatan orangtua sebelumnya

Usia 7 s/d 10 tahun
Dalam masa ini, anak-anak mulai mencari informasi dan kehidupan sosial di luar keluarga mereka. Inilah saatnya dimana tekanan pertemanan dan kelompok bermain menjadi dampak yang signifikan. Pada usia ini pulalah anak-anak mulai meminta kebebasan lebih banyak dari orangtua. Anak-anak memang harus didorong untuk melakukan eksplorasi sendiri, meskipun tidak berarti tanpa adanya partisipasi dari orangtua
Usia 10 s/d 12 tahun
Pada masa pra-remaja ini, banyak anak yang membutuhkan lebih banyak pengalaman dan kebebasan. Pada usia 12 tahun, anak-anak mulai mengasah kemampuan dan nalar berpikir mereka sehingga mereka akan membentuk nilai dan norma sendiri. Anak-anak perlu memahami bahwa tidak semua yang dilihatnya di Internet adalah benar dan bermanfaat, sebagaimana belum tentu apa yang disarankan oleh teman-temannya memiliki nilai positif

Usia 12 s/d 14 tahun
Inilah saat anak-anak mulai aktif menjalani kehidupan sosialnya. Bagi yang menggunakan Internet, kebanyakan dari mereka akan tertarik dengan online chat . Dalam masa ini, orang tua harus waspada terhadap apa yang dilakukan anaknya. Masa ini merupakan masa yang tepat bagi kebanyakan orang tua untuk bercerita dan berbagi informasi tentang hal-hal seksual kepada anaknya

Usia 14 s/d 17 tahun
Masa ini adalah masa yang paling menarik dan menantang dalam kehidupan seorang anak remaja dan orangtua. Seorang remaja akan mulai matang secara fisik, emosi dan intelektual.

DAMPAK NEGATIF GADGET TERHADAP ANAK
·  Kemajuan teknologi berpotensi membuat anak cepat puas dengan pengetahuan yang diperolehnya sehingga menganggap bahwa apa yang dibacanya di internet adalah pengetahuan yang terlengkap dan final
·   Kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan, maka generasi mendatang berpotensi untuk menjadi generasi yang tidak tahan dengan kesulitan
·   Kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan, maka generasi mendatang berpotensi untuk menjadi generasi yang tidak tahan dengan kesulitan
·         Kemajuan teknologi juga berpotensi mendorong anak untuk menjalin relasi secara dangkal
·         Mengalami penurunan konsentrasi
·         Mempengaruhi kemampuan menganalisa permasalahan
·         Malas menulis dan membaca
·         Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi Ekternal dan internal





ANAK dan MATEMATIKA


Pelajaran Matematika identik sebagai mata pelajaran rumit yang membosankan. Mungkin karena banyak pemahaman demikikian rupa sehingga anak-anak pun ikut enggan untuk mempelajari matematika. Langsung saja ya, berikut beberapa alasan anak tidak menyukai pelajaran matematik
·         Kelas yang menegangkan
Kelas yang menegangkan membuat beban tersendiri bagi siswa. Perasaan tertekan dan takut akan menghambat penyerapan materi pelajaran oleh siswa. Alih-alih menyerap materi, yang terjadi adalah siswa berharap agar jam pelajaran cepat selesai dan merdeka…….Kelas yang demikian akan “membenarkan” kesan menyeramkannya pelajaran matematika bagi anak. Kelas rileks, sersan (serius tapi santai) harusnya menjadi pilihan guru dalam mengajar
·         Guru matematika yang “menyeramkan”
Tidak seram-pun, kadang-kadang murid menganggap kita seram ketika label guru matematika melekat pada diri kita. Pemahaman arti wibawa yang kurang tepat menjadikan wibawa jadi seram, yang menyebabkan ketakutan bukan simpati. Hukuman yang sok feodal dengan terapi yang berorientasi fisik dan tidak mendidik memberi efek jerak yang kurang konstruktif. Kesan seram saja sudah membuat murid lari jadi apalagi benar-benar seram
·         Kurangnya penguasaan materi pelajaran matematika oleh guru
Bisa dibayangkan kalau seorang siswa bertanya pada gurunya tentang materi pelajaran dan sang guru tidak bisa menjawab atau menjawab seadanya, pasti siswa akan kecewa dan kepercayaannya kepada intelektualitas sang guru menjadi berkurang. Kalau sudah demikian siswa akan “menyepelekan” guru, dan payahnya bisa-bisa memicu ketidaksukaannya pada pelajaran matematika. Ingat anak lebih percaya kepada guru daripada orangtuanya
·         Penyajian materi pelajaran yang kurang menarik
Penyajian materi berulang, tidak kreatif dan monoton menyebabkan kebosanan yang jika berulang-ulang akan menjadi ketidaksukaan anak pada pelajaran matematika. Komunikasi yang hanya searah dari guru ke siswa, kurang mempertimbangkan keberadaan siswa/tidak melibatkan siswa selama proses belajar mengajar membuat berkurangnya perghargaan guru kepada siswa. Seharusnya seorang guru membuat siswa merasa berharga dengan pelibatan dirinya secara aktif selama proses belajar mengajar. Rendahnya kreatifitas guru dalam membuat soal (hanya mengacu pada buku melulu) dan pemecahan soal yang tidak kreatif juga kurang menarik bagi siswa dan pemicu kebosanan. Disamping itu jauhnya jarak yang dibuat oleh guru antara matematika dengan dunia keseharian anak akan membuat matematika seperti di awang-awang dan teoritis yang membuat anak sulit memahami matematika. Dalam menjelaskan dan membuat contoh soal buatlah matematika dekat dengan keseharian anak. 
Berdasarkan uraian diatas untuk itu perlu diterapkan beberapa hal berikut kepada anak agar anak dapat menyukai matematika.
Matematika Pelajaran yang Menyenangkan
Ajak anak belajar matematika dengan suasana santai dan nyaman serta interaktif. Berikan permainan-permainan yang berhubungan dengan pelajaran matematika. Kenalkan anak-anak dengan symbol-simbol matematika sejak dini. Misal dengan menempelkan angka dan symbol matematika berwarna-warni dengan bentuk yang lucu di dinding kamarnya. Sehingga anak-anak sudah terbiasa mengenal symbol tersebut sejak dini sehingga mereka suka matematika. Pada usia sekolah, komunikasikan dengan guru matematika di sekolah untuk mengajarkan matematika dengan eksplorasi luar ruangan atau permainan-permainan yang membuat anak semakin suka matematika.
Tanamkan Kepercayaan Diri pada Anak
Dengan memberikan lingkungan yang nyaman dan interaktif, anak akan berkembang semakin percaya diri. Tanamkan juga bahwa matematika bukan pelajaran yang sulit. Semua hal itu sulit, tetapi masih bisa dipelajari. Dengan adanya kepercayaan-diri pada anak, hal ini menjadi nilai tambah bagi mereka untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar.