Kamis, 19 April 2012

Dua Puluh Ribu VS Jakarta


          Pagi hari ini dibawah senyum sang mentari, tak seperti biasanya kelas XI IPA 3 sepi seperti tak berpenghuni. Ternyata mereka sedang diselimuti ketegangan, mereka sedang menunggu hasil jerih payah mereka belajar selama satu tahun dikelas XI IPA 3. Terdengar satu per satu nama dipanggil untuk menerima hasil rapot mereka. Kini suasana menegangkan perlahan pudar, berganti dengan senyuman manis yang terukir dibibir mereka, tetapi tidak dengan Dini, wajah manisnya masih saja diselimuti ketegangan. Tidak lama kemudian terdengar suara meyebut namanya. Dengan diiringi debaran jantung yang semakin kencang, Dini pun bergegas menghampiri meja guru dan mengambil rapotnya. Kini ukiran senyuman manis terpancar dan menghiasi wajahnya.
            Akhirnya saat-saat menegangkan itu pun telah berakhir. Dini bersama sahabatnya pun terlihat sangat ceria, wajah mereka tak henti-hentinya memancarkan senyuman bahagia.
“Woy!woy! gimana kalo kita rayain keberhasilan kita tahun ini dengan jalan-jalan?” ajak Dini kepada sahabat-sahabatnya
“Wah, iide bagus tuh. Tapi kita mau kemana?” jawab Nuke semangat
 “Gimana kalo kita ke Kota Tua aja?!” ajak Vania kepada sahabatnya
“Wah ok tuh, gimana yang lain? Pada seuju gak?” tanya Dini semangat
“Ok” jawab sahabat-sahabatnya serempak                                         
“Sip, berarti besok kita ke Kota Tua ya! Besok kita kumpul di stasiun Karawang jam setengah tujuh. Inget, jangan pada ngaret ya!” ucap Dini tegas
Sahabatnya pun mengangguk setuju
Jarum jam tak henti-hentinya berutar, kini arloji mungil yang dibalut warna biru milik Nuke itu meunjukkan pukul 15.00. mereka pun beranjak meninggalkan kelas dan kembali kerumah mereka masing-masing.
                                                   *** *** ***
“Aduh kemana sih si mega? Lama banget” gerutu Dini
“Udah loe sms belum?” balas Choe          
“Udah.. tapi gak dibales, kemana sih tu anak?” jawab Dini dengan nada kesal
“Mending kita masuk duluan, daripada nanti ketinggalan kereta!” ajak Regina
“Iya udah hayu kita masuk duluan aja deh” jawab Dinii setuju
Mereka pun beranjak meninggalkan tempat itu menuju kedalam stasiun. Tetapi, belum jauh mereka melangkahkan kaki mereka, terdngar suara memanggil nama mereka dan mereka pun menghentikan langkah kaki mereka.
“Hey, sory ya gua telat. Udah lama ya nunggunya? Sory banget ya!” dengan nafas  yang masih terengah-engah karena lelah berlari, Mega pun meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya
“Iya iya gak apa-apa, yag penting kan sekarang loe udah datang. Udah yu ah cepetan masuk! Ntar ketinggalan kereta lagi” jawab Dini
            Kini mereka pun telah berkumpul. Tanpa berfikir panjang, mereka pun bergegas masuk kedalam stasiun, lalu membeli tiket kereta ekonomi jurusan Jakarta. Tak pelu meunggu lama, akhirnya mereka pun mendapatkan tiketnya dan kereta yang dituju pun tiba.
            Ditengah sesaknya gerbong kereta ekonomi itu, mereka pun beusaha mencari tempat duduk. Ketika mereka sedang sibuk mencari tempat duduk, tiba-tiba saja terdengar suara dengan nada menggoda tertuju pada mereka.
“Neng, neng, duduk disini aja!” dengan tingkah genit dan lambaian tangan si Bapak
Tanpa memperdulikan godaan si Bapak, mereka pun bergegas pergi menuju tempat duduk yang sejak tadi mereka cari. Didalam gerbong yang penuh sesak itu, mereka tetap tidak kehilangan keceriaan mereka, ukiran demi ukiran senyuman indah selalu menghiasi wajah mereka.
            Tak terasa mereka pun sampai distasiun Beos Jakarta. Saat ini jarum jam diarloji milik Nuke menunjukkan pukul 08.30. keluar dari stasiun mereka meyebrangi jalan menuju tempat tujuan mereka Kota Tua. Terlihat gedung-gedung pencakar langit berjajaran menghiasi tubuh sang ibu kota. Sebelum masuk ke Kota Tua, mereka pun berkeliling-liling disekitar Kota Tua untuk mencari penjual makanan. Perut mereka yang sejak tadi sudah berdemo karna belum terisi makanan, kini sudah tidak bisa berkompromi lagi.
“Wah ada tukang ketoprak tuh, makan yu! Laper nih gua” ajak Dini loyo
 “Ayo ah, gua juga udah laper nih” balas Choe bersemangat
Tanpa berfikir panjang mereka pun langsung memburu penjual ketoprak tersebut.
            Tanpa membuang waktu, selesai makan mereka pun langsung masuk kedalam Kota Tua. Mereka pun menikmati semua yang ada di Kota Tua.
“Wah ada ontel tuh, kita naik ontel yu!” ajak Resal semangat
“Ayo ayo, seru deh kayaknya” jawab Regina menyetujui
Resal, Regina, Choe, Dini, Mega, Vania, dan Nuke pun langsung menyerbu sepeda ontel itu. Mereka berkeliling Kota Tua dengan ontel, cukup lama mereka berkeliling dan saat ini terik sang mentari mulai membakar kulit mereka. Mereka pun menghentikan kayuhan mereka dan berteduh didalam gedung sambil melihat benda-benda bersejarah didalam museum. Kini lelah mulai mendera, mereka pun mencari tempat untuk sejenak melemaskan otot-otot kaki mereka yang mulai kaku. Mereka menemukan tempat untuk istirahat.
“Eh abis ini kita mau kemana lagi nih?” tanya Vania yang tiba-tiba membuat mereka terhenyak
“Kita ke Blok M yuk!” jawab Choe
“Tapi… bentar-bentar” ucap Dini sambil merogoh kantong celananya
“Duit gua tinggal sepuluh ribu nih. Gimana dong?” sambung Dini 
“Iya sama duit gua juga tinggal sepuluh ribu. Udah ah mendingan langsung pulang aja yuk!” ajak Mega
“Udah udah, loe semua tenang aja, sepuluh ribu cukup kok, dari sini ke Blok M nya kita naik busway aja, kan murah tuh. Udah yuk kita berangkat!” jelas Resal semangat
“Ih.. tapi kalo gak cukup gimana?” ucap Dini
“Aduh Dini, kebanyakan mikir banget deh loe. Udah ayo cepetan berangkat, ntar keburu sore” tegas Nuke
            Dengan nekatnya mereka pun langsung bergerak menuju halte busway. Mereka pun membeli tiket busway jurusan Blok M. Cukup lama mereka menunggu, akhirnya busway yang ditunggu pun datang. Mereka langsung menyerbu masuk kedalam busway. Tak seperti dikereta tadi, tanpa harus berdesakan dengan penumpang lainnya mereka langsung masuk kedalam busway dan tanpa harus mecari, mereka pun langsung mendapatkan kursi.
“Ih ntar kalo duit gua ga cukup gimana? Ntar gua ga bisa pulang” ucap Dini dengan wajah cemas
“Ya elah, loe masih mikirin soal itu? Tenang aja lagi! Loe gak bakal terlatar kok di Jakarta. Lagian loe bawa duit berapa sih?” jelas Regina berusaha menenagkan Dini
“Hahahahaha… gua cuma bawa duit dua puluh ribu” balas Dini dengan tawanya yang terbahak-bahak
“Hah?! Dua puluh ribu? Parah banget loe Din” ucap Regina dengan mata yang terbelalak
“Hahahaha… iya abis gua ga punya duit lagi, daripada gak jadi ya udah gua nekat aja bawa duit segitu” jawab Dini
Percakapan mereka pun terus berlanjut hingga akhirnya sampailah mereka di halte busway Blok M. haya dengan melangkahkan kaki sebentar saja, mereka sudah bisa sampai di pusat prbelanjaan Blok M. dengan cerianya mereka pun masuk kedalam mol besar itu. Sementara Resal, Regina, Choe, Vania, da Nuke sibuk memilih-milih baju, Mega dan Dini hanya sibuk berkeliling mol besar itu. Kini lapar mulai kembali mendera mereka. Mereka langsung menuju tempat makan didaerah sekirat Blok M. sementara yang lain memesan makanan, Dini dan Mega hanya bisa gigit jari, karna uang mereka hanya cukup untuk ongkos pulang.
“Mega Dini, loe berdua pada gak mesen makanan?” tanya Resal heran
Mega dan Dini tidak menjawab, mereka hanya tertunduk lesu.
“Udah cepet pesen makanan sana? Tenang aja, semua gua yang bayarin” lanjut Resal
“Bener  ya loe semua yang bayarin?”tanya Dini semangat  
“Iya bener, kapan sih gua bohong?” uca Resal meyakinkan
“Asikk…” teriak mereka kompak
Tanpa menunda lagi Mega dan Dini pun langsung memesan makanan. Tidak perlu menunggu lama, makanan yang mereka pesan pun telah dihidangkan dan mereka pun segera menyantapnya.
            Kini perut kosong mereka telah terisi makanan dan wajah lesu mereka pun telah berubah mejadi wajah ceria. Sesaat kebingungan meyelimuti wajah mereka semua. Tetapi, setelah makan mereka pun memutuskan untuk segera pulang. Mereka memutuskan untuk naik bus karna khawatir kereta ke Karawang sudah tidak ada. Menunggu sangat lama bus jurusan Karawang, membuat mereka takut tidak bisa pulang, tetapi akhirnya mereka pun mendapatkan bus yang mereka cari.
“Hah.. akhirnya dapet juga busnya. Capek banget nunggunya” celoteh Dini
Karna sangat lelah, tanpa sadar dini mengangkat kakinya keatas kursi dan memejamkan matanya berusaha untuk tidur. Baru saja sesaat memejamkan mata, tiba-tiba Dini terusik oleh suara sang musisi jalanan. Saat sang musisi jalanan itu menghampiri para penumpang dari satu bangku ke bangku yang lain dan akhirnya tibalah musisi jalanan itu dikursi yang Dini tempati. Musisi jalanan itu menjulurkan tangannya berharap Dini mengeluarkan selembar uang untuknya. Tetapi, karna sangat lelah Dini tidak menghiraukan musisi jalanan itu, Dini hanya menoleh sesaat dan kembali memejamkan matanya.
“Kalo bukan cewe udah gua abisin loe!” gertak sang musisi jalan dengan tubuh bertatonya
Dini tak mejawab, dia hanya terdiam takut. Tiba-tiba saja seorang ibu berbicara pada Dini
“Udah neng jangan diladenin, nanti neng diapa-apain” ucap si Ibu tersebut
Sejak kejadian itu rasa kantuk yang menyelimuti Dini berubah menjadi rasa takut. Kini langit berubah gelap dan bintang-bintang bermunculan. Arloji Nuke kini menunukkan pukul 18.35, saat itu mereka sudah sampai di lampu merah Karang Indah, saat itu juga mereka kembali kerumah mereka masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar