Pagi
hari ini dibawah senyum sang mentari, tak seperti biasanya kelas XI IPA 3 sepi
seperti tak berpenghuni. Ternyata mereka sedang diselimuti ketegangan, mereka
sedang menunggu hasil jerih payah mereka belajar selama satu tahun dikelas XI
IPA 3. Terdengar satu per satu nama dipanggil untuk menerima hasil rapot
mereka. Kini suasana menegangkan perlahan pudar, berganti dengan senyuman manis
yang terukir dibibir mereka, tetapi tidak dengan Dini, wajah manisnya masih
saja diselimuti ketegangan. Tidak lama kemudian terdengar suara meyebut
namanya. Dengan diiringi debaran jantung yang semakin kencang, Dini pun
bergegas menghampiri meja guru dan mengambil rapotnya. Kini ukiran senyuman
manis terpancar dan menghiasi wajahnya.
Akhirnya saat-saat menegangkan itu
pun telah berakhir. Dini bersama sahabatnya pun terlihat sangat ceria, wajah
mereka tak henti-hentinya memancarkan senyuman bahagia.
“Woy!woy!
gimana kalo kita rayain keberhasilan kita tahun ini dengan jalan-jalan?” ajak
Dini kepada sahabat-sahabatnya
“Wah,
iide bagus tuh. Tapi kita mau kemana?” jawab Nuke semangat
“Gimana kalo kita ke Kota Tua aja?!” ajak
Vania kepada sahabatnya
“Wah
ok tuh, gimana yang lain? Pada seuju gak?” tanya Dini semangat
“Ok” jawab sahabat-sahabatnya serempak
“Sip,
berarti besok kita ke Kota Tua ya! Besok kita kumpul di stasiun Karawang jam
setengah tujuh. Inget, jangan pada ngaret ya!” ucap Dini tegas
Sahabatnya
pun mengangguk setuju
Jarum
jam tak henti-hentinya berutar, kini arloji mungil yang dibalut warna biru
milik Nuke itu meunjukkan pukul 15.00. mereka pun beranjak meninggalkan kelas
dan kembali kerumah mereka masing-masing.
***
*** ***
“Aduh
kemana sih si mega? Lama banget” gerutu Dini
“Udah loe sms belum?” balas Choe
“Udah..
tapi gak dibales, kemana sih tu anak?” jawab Dini dengan nada kesal
“Mending
kita masuk duluan, daripada nanti ketinggalan kereta!” ajak Regina
“Iya
udah hayu kita masuk duluan aja deh” jawab Dinii setuju
Mereka
pun beranjak meninggalkan tempat itu menuju kedalam stasiun. Tetapi, belum jauh
mereka melangkahkan kaki mereka, terdngar suara memanggil nama mereka dan
mereka pun menghentikan langkah kaki mereka.
“Hey,
sory ya gua telat. Udah lama ya nunggunya? Sory banget ya!” dengan nafas yang masih terengah-engah karena lelah berlari,
Mega pun meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya
“Iya
iya gak apa-apa, yag penting kan sekarang loe udah datang. Udah yu ah cepetan
masuk! Ntar ketinggalan kereta lagi” jawab Dini
Kini mereka pun telah berkumpul.
Tanpa berfikir panjang, mereka pun bergegas masuk kedalam stasiun, lalu membeli
tiket kereta ekonomi jurusan Jakarta. Tak pelu meunggu lama, akhirnya mereka
pun mendapatkan tiketnya dan kereta yang dituju pun tiba.
Ditengah sesaknya gerbong kereta
ekonomi itu, mereka pun beusaha mencari tempat duduk. Ketika mereka sedang
sibuk mencari tempat duduk, tiba-tiba saja terdengar suara dengan nada menggoda
tertuju pada mereka.
“Neng,
neng, duduk disini aja!” dengan tingkah genit dan lambaian tangan si Bapak
Tanpa
memperdulikan godaan si Bapak, mereka pun bergegas pergi menuju tempat duduk
yang sejak tadi mereka cari. Didalam gerbong yang penuh sesak itu, mereka tetap
tidak kehilangan keceriaan mereka, ukiran demi ukiran senyuman indah selalu
menghiasi wajah mereka.
Tak terasa mereka pun sampai distasiun
Beos Jakarta. Saat ini jarum jam diarloji milik Nuke menunjukkan pukul 08.30.
keluar dari stasiun mereka meyebrangi jalan menuju tempat tujuan mereka Kota
Tua. Terlihat gedung-gedung pencakar langit berjajaran menghiasi tubuh sang ibu
kota. Sebelum masuk ke Kota Tua, mereka pun berkeliling-liling disekitar Kota
Tua untuk mencari penjual makanan. Perut mereka yang sejak tadi sudah berdemo
karna belum terisi makanan, kini sudah tidak bisa berkompromi lagi.
“Wah
ada tukang ketoprak tuh, makan yu! Laper nih gua” ajak Dini loyo
“Ayo ah, gua juga udah laper nih” balas Choe
bersemangat
Tanpa
berfikir panjang mereka pun langsung memburu penjual ketoprak tersebut.
Tanpa membuang waktu, selesai makan
mereka pun langsung masuk kedalam Kota Tua. Mereka pun menikmati semua yang ada
di Kota Tua.
“Wah
ada ontel tuh, kita naik ontel yu!” ajak Resal semangat
“Ayo
ayo, seru deh kayaknya” jawab Regina menyetujui
Resal,
Regina, Choe, Dini, Mega, Vania, dan Nuke pun langsung menyerbu sepeda ontel
itu. Mereka berkeliling Kota Tua dengan ontel, cukup lama mereka berkeliling
dan saat ini terik sang mentari mulai membakar kulit mereka. Mereka pun
menghentikan kayuhan mereka dan berteduh didalam gedung sambil melihat
benda-benda bersejarah didalam museum. Kini lelah mulai mendera, mereka pun
mencari tempat untuk sejenak melemaskan otot-otot kaki mereka yang mulai kaku.
Mereka menemukan tempat untuk istirahat.
“Eh
abis ini kita mau kemana lagi nih?” tanya Vania yang tiba-tiba membuat mereka
terhenyak
“Kita
ke Blok M yuk!” jawab Choe
“Tapi…
bentar-bentar” ucap Dini sambil merogoh kantong celananya
“Duit
gua tinggal sepuluh ribu nih. Gimana dong?” sambung Dini
“Iya
sama duit gua juga tinggal sepuluh ribu. Udah ah mendingan langsung pulang aja
yuk!” ajak Mega
“Udah
udah, loe semua tenang aja, sepuluh ribu cukup kok, dari sini ke Blok M nya
kita naik busway aja, kan murah tuh. Udah yuk kita berangkat!” jelas Resal
semangat
“Ih..
tapi kalo gak cukup gimana?” ucap Dini
“Aduh
Dini, kebanyakan mikir banget deh loe. Udah ayo cepetan berangkat, ntar keburu
sore” tegas Nuke
Dengan nekatnya mereka pun langsung
bergerak menuju halte busway. Mereka pun membeli tiket busway jurusan Blok M.
Cukup lama mereka menunggu, akhirnya busway yang ditunggu pun datang. Mereka
langsung menyerbu masuk kedalam busway. Tak seperti dikereta tadi, tanpa harus
berdesakan dengan penumpang lainnya mereka langsung masuk kedalam busway dan
tanpa harus mecari, mereka pun langsung mendapatkan kursi.
“Ih
ntar kalo duit gua ga cukup gimana? Ntar gua ga bisa pulang” ucap Dini dengan
wajah cemas
“Ya
elah, loe masih mikirin soal itu? Tenang aja lagi! Loe gak bakal terlatar kok
di Jakarta. Lagian loe bawa duit berapa sih?” jelas Regina berusaha menenagkan
Dini
“Hahahahaha…
gua cuma bawa duit dua puluh ribu” balas Dini dengan tawanya yang
terbahak-bahak
“Hah?!
Dua puluh ribu? Parah banget loe Din” ucap Regina dengan mata yang terbelalak
“Hahahaha…
iya abis gua ga punya duit lagi, daripada gak jadi ya udah gua nekat aja bawa
duit segitu” jawab Dini
Percakapan
mereka pun terus berlanjut hingga akhirnya sampailah mereka di halte busway
Blok M. haya dengan melangkahkan kaki sebentar saja, mereka sudah bisa sampai
di pusat prbelanjaan Blok M. dengan cerianya mereka pun masuk kedalam mol besar
itu. Sementara Resal, Regina, Choe, Vania, da Nuke sibuk memilih-milih baju,
Mega dan Dini hanya sibuk berkeliling mol besar itu. Kini lapar mulai kembali
mendera mereka. Mereka langsung menuju tempat makan didaerah sekirat Blok M.
sementara yang lain memesan makanan, Dini dan Mega hanya bisa gigit jari, karna
uang mereka hanya cukup untuk ongkos pulang.
“Mega
Dini, loe berdua pada gak mesen makanan?” tanya Resal heran
Mega
dan Dini tidak menjawab, mereka hanya tertunduk lesu.
“Udah
cepet pesen makanan sana? Tenang aja, semua gua yang bayarin” lanjut Resal
“Bener ya loe semua yang bayarin?”tanya Dini
semangat
“Iya
bener, kapan sih gua bohong?” uca Resal meyakinkan
“Asikk…”
teriak mereka kompak
Tanpa
menunda lagi Mega dan Dini pun langsung memesan makanan. Tidak perlu menunggu
lama, makanan yang mereka pesan pun telah dihidangkan dan mereka pun segera
menyantapnya.
Kini perut kosong mereka telah
terisi makanan dan wajah lesu mereka pun telah berubah mejadi wajah ceria.
Sesaat kebingungan meyelimuti wajah mereka semua. Tetapi, setelah makan mereka
pun memutuskan untuk segera pulang. Mereka memutuskan untuk naik bus karna
khawatir kereta ke Karawang sudah tidak ada. Menunggu sangat lama bus jurusan
Karawang, membuat mereka takut tidak bisa pulang, tetapi akhirnya mereka pun
mendapatkan bus yang mereka cari.
“Hah..
akhirnya dapet juga busnya. Capek banget nunggunya” celoteh Dini
Karna
sangat lelah, tanpa sadar dini mengangkat kakinya keatas kursi dan memejamkan
matanya berusaha untuk tidur. Baru saja sesaat memejamkan mata, tiba-tiba Dini
terusik oleh suara sang musisi jalanan. Saat sang musisi jalanan itu
menghampiri para penumpang dari satu bangku ke bangku yang lain dan akhirnya
tibalah musisi jalanan itu dikursi yang Dini tempati. Musisi jalanan itu
menjulurkan tangannya berharap Dini mengeluarkan selembar uang untuknya.
Tetapi, karna sangat lelah Dini tidak menghiraukan musisi jalanan itu, Dini
hanya menoleh sesaat dan kembali memejamkan matanya.
“Kalo
bukan cewe udah gua abisin loe!” gertak sang musisi jalan dengan tubuh bertatonya
Dini
tak mejawab, dia hanya terdiam takut. Tiba-tiba saja seorang ibu berbicara pada
Dini
“Udah
neng jangan diladenin, nanti neng diapa-apain” ucap si Ibu tersebut
Sejak
kejadian itu rasa kantuk yang menyelimuti Dini berubah menjadi rasa takut. Kini
langit berubah gelap dan bintang-bintang bermunculan. Arloji Nuke kini
menunukkan pukul 18.35, saat itu mereka sudah sampai di lampu merah Karang
Indah, saat itu juga mereka kembali kerumah mereka masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar