Sang malam telah pergi dan pagi pun
menjelang. Titik-titik embun membasahi setiap helai daun-daun pinggir jalan. Senyum
indah sang mentari yang menghiasi pagi ini menemani setiap langkah kakiku
menuju istana ilmu kebanggaanku. Cukup lama aku berjalan dan sampailah aku disebuah
bangunan bertuliskan SMAN 3 KARAWANG, inilah istana ilmu kebanggaanku. Ku sapa
setiap orang disekelilingku dengan ukiran senyum dari bibirku. Aku pun memasuki
kelas dan siap untuk menerima banyak ilmu.
“Woy sekarang biologi praktek dilab!” ujar
Gema KM dikelasku.
Dengan segera kami pun langsung menuju labolatorium.
Menit demi menit telah berlalu dan tibalah saatnya untuk istirahat. Kami pun
beranjak meninggalkan lab dan langsung menuju kantin. Waktu istirahat telah
berakhir, kami pun kembali ke kelas dan siap untuk kembali menerima banyak
ilmu.
Saat
ini arloji di tanganku menunjukan pukul 13.15, sudah saatnya kami pulang.
Ketelusuri sepanjang jalan menuju rumahku dengan menumpangi becak. Terik sang
metari yang sangat menyengat membuat peluh mulai membasahi tubuhku.
“Aduh panas banget sih?” keluhku dalam hati
“Gimana ya caranya supaya ga panas?” tanyaku
dalam hati
Lelah mulai mendera tubuh ku. Tanpa terasa
kayuhan becak ini sudah menempuh perjalanan sejauh 1 Km, tibalah aku di rumah.
Ku ucapkan salam pada ibu dan langsung menuju kamar. Kurebahkan tubuhku di atas
kasur dan seketika itu pun aku terlelap tidur.
*** *** ***
Tok
tok tok suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunanku. Dengan langkah gontai
aku pun menuju pintu depan rumahku dan membukanya. Kulihat seorang pria
berseragam orange tersenyum dibalik pintu.
“Permisi mba, apakah ini rumah mba amalia?”
tanya petugas pos itu
“Iya betul, saya amalia” jawabku
“Saya
ingin mengantarkan kiriman dari penerbit KREATIF untuk mba amalia. Silahkan
tanda tangan disini!” ujar petugas pos tersebut sambil meyodorkan secarik
kertas, lengkap dengan pulpennya
“Terimakasih ya mas” seruku pada petugas pos
tersebut
Setelah selesai megantarkan surat itu, petugas
pos itu pun bergegas melangkahkan kakinya keluar dari rumahku dan kembali
mengantarkan surat kepada yang lain. Seketika itu pula aku pun kembali ke dalam
rumah dan langsung membaca isi surat terebut.
“Hore novel ku diterima! Asyik dapet uang
sepuluh juta!” teriakku bahagia
“Aduh ada apa sih kamu teriak-teriak gitu?
Bikin ibu kaget aja” tanya ibu heran
“Gini loh bu, novel ku diterima sama
penerbit yang waktu itu aku ceritain dan aku dapet uang sepuluh juta” jawabku
“Wah hebat kamu! Ibu ikut seneng dengernya. Terus
mau kamu pake buat apa uang sebanyak itu?” tanya ibu lagi
“Aku juga bingung sih bu, tapi pengennya sih
uang itu mau aku pake buat bikin taman disekitar sini dan aku sisakan sedikit
lahan untuk program menanam seribu pohon. Ya supaya sedikit mencegah global warming
lah bu, biar karawang bisa adem dikit. Terus kalo masih ada sisanya aku mau
beli beberapa buku dan aku simpan di perpustakaan sekolahku. Gimana menurut
ibu?” jawabku panjang lebar
“Wah bagus sekali itu ide kamu. Ibu dukung
deh!” seru ibu dengan senyum manisnya
“Makasih ya bu” ujarku sambil terseyum
Tanpa berfikir panjang, aku pun bergegas
menuju bank untuk mengambil uang tersebut. Tetapi, tiba-tiba saja terdengar
suara keras bergema di telingaku.
Kringggggggggg..
kringgggggggggg.. kringgggggggggg.. suara alarm hp-ku berbunyi sangat keras, sehingga
membuat aku terbangun dari tidurku dengan sejuta mimpi indah yang menghiasinya.
“Ya ampun, ternyata cuma mimpi’ sesalku
dalam hati sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal
“Ehmmm coba kalo beneran” khayalku dengan
mata yang masih mengantuk
“Ah daripada mikirin yang ga pasti mending
sekarang aku mandi” ujarku pada diri sendiri
Saat itu jam di dinding kamarku menunjukkan
pukul 16.30 selesai mandi aku pun beranjak ke taman dibelakang rumahku dan menyirami
tanaman-tanaman yang ada disana. Kini sang fajar mulai menampakkan wajahnya,
malam akan segera kembali menyapa bumi, bintang-bintang mulai memancarkan
cahaya indahnya untuk jagat raya ini. Seperti hari-hari biasanya, saat malam
menjelang, ku tunaikan tugasku sebagai seorang pelajar untuk belajar.
“Ehmmm masih kepikiran mimpi yang tadi”
gumamku dalam hati
“Kayaknya bakal bahagia banget deh kalo
mimpi itu jadi kenyataan. Ahhh, coba kalo tabungan ku sebanyak itu, pasti bakal
langsung aku realisasikan keinginan aku dalam mimpi itu. Yah semoga aja ada
dermawan yang masih peduli dengan bumi ini dan mau bikinin taman di daerah sini”
khayalku lagi
“Ah mengkhayal mulu dari tadi, mending
belajar biar tambah pinter” gumamku pada diri sendiri
Malam semakin larut, aku masih berkutat
dengan rumus-rumus matematika yang memusingkan para pelajar. Suara ibu yang
memerintahkanku untuk segera tidur terdengar dari luar kamar. Akhirnya, kubiarkan
seluruh organ tubuh dan system kerja otakku untuk sejenak beristirahat dan terlelap
tidur dalam buaian mimpi-mimpi indah hingga mentari pagi kembali datang dan menyambutku
dengan senyuman.
*** *** ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar